MSBI Minta FIFA Investigasi Kekalahan Brazil


Siapa yang tak mengenal Timnas Brazil. Brazil yag tidak bisa dipungkiri lagi adalah Negara yang tidak berhenti memproduksi pemain sepakbola unggulan. Brazil menjadi alat ukur perkembangan persepakbolaan dunia. Serta Brazil menjadikan sepakbola sebagai budaya dalam kehidupan masyarakatnya.

Kekalahan Brazil oleh Jerman menjadi pertanyaan tersendiri dalam dunia persepakbolaan. Skor telak 7-1 pertandingan 9 Juli 2014lalu menjadi tumbangnya persepakbolaan Timnas negeri Samba. Brazil yang dikenal memiliki prestasi gemilang dalam laga Piala Dunia FIFA, Kini seolah tak memiliki kemampuan apa-apa.

Masyarakat Sepak Bola Indonesia (MSBI) menilai kekalahan ini tak masuk akal dan harus diinvestigasi oleh FIFA terkait kekalahan tersebut. “Kekalahan Brazil menjadi pertanyaan apakah piala dunia saat ini masih menjadi pemersatu bangsa atau hanya ajang politik meraup keuntungan bagi kelompok tertentu dengan cara menabrak sportivitas yang merupakan jantung rumah persepakbolaan dunia.” Kata ketua MSBI, Sarman El Hakim.

Menurut Sarman “Kita mengingat kejadian Piala Dunia FIFA 1978 dimana tuan rumahnya Argentina.Pada saat itu untuk masuk ke semi final, Timnas Argentina membutuhkan selisih gol yang besar minimal 6-0 waktu berlaga dengan Timnas Peru. Apakah kejadian kekalahan Brazil 7-1 melawan Jermal menjadi hal yang sama dimana Argentina berhasil mengalahkan Peru dengan telak 6-0 sesuai dengan kepentingan Timnas Argentina saat itu?”

Menurutnya akibat kekalahan Timnas Peru, sampai saat ini kita tidak pernah mengenal nama peru berlaga di Piala Dunia FIFA. Ini yang menjadi kekawatiran MSBI saat ini. Apalagi pemerintahan Brazil mengeluarkan keputusan melarang anak negeri Brazil tidak boleh lagi berlaga diliga daratan Eropa. Berarti indikasinya adalah sepak bola Brazil bisa bernasib sama seperti Timnas Peru. Maka nama besar persepakbolaan Brazil hanya tinggal sejarah.Kekawatiran ini bukanlah berlebihan karena ada sejarah yang menimpa Timnas Peru.


Maka dengan itu Sarman sangat mengharapkan FIFA melakukan investigasi mendalam. Ia berharap ajang empat tahunan ini tidak meninggalkan misteri yang tidak berujung.Agar misteri itu tidak menjadi budaya yang dapat berakibat menyimpang dari tujuan Piala Dunia FIFAsebagai alat pemersatu bangsa untuk memperjuangkan sebagai semangat nasionalis bagi dunia.

Pantai Copacobana Jadi Lautan Prabowo

Sejak pukul 13.00  waktu Rio de Janeiro Brazil, MSBI sudah sibuk mempersiapkan Deklarasi FIFA World Cup 2022 in Indoensia. Rtusan ribu wisatawan memadati pantai paling terkenal Brazil itu. Seperti biasa bendera berukuran raksasa 200 meter dan 6 x 10 meter menjadi menjadi sajian tersendiri untuk menarik perhatian pengunjung Copacobana Beach. Spanduk besar bertuliskan "We Are Ready To Be Host of FIFA World Cup 2022 in Indonesia" dan “Support Indonesia as Alternate Host for The FIFA World Cup 2022” pun telah terbentang.

Indonesian Goverment is Stupid

Aksi menggalang dukungan dari masyarakat dunia agar Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022 oleh Masyarakat Sepak Bola Indonesia (MSBI) di pantai Copacabana Rio de Janeiro, Brazil, terus berlangsung. Hari ini adalah hari kelima sejak tanggal 28 Juni. Banyak cerita dan apresiasi positif atas aksi yang kami lakukan. Sambil santai menikmati pantai, ribuan pengunjung telah menyaksikan aksi kami. Turis-turis terus menerus mendengar teriakan melalui pengeras suara kami. Tak satu orang pun berani memberhentikan aksi yang kami lakukan bahkan penjaga pantai dan polisi setempat. “kalian saya izinkan berkampanye disini karena kalian berjuang untuk bangsa kalian, bukan untuk jualan,” ucap penjaga pantai.

Restu Pencipta untuk MSBI


Dibawah Patung Cristo Rio de Janeiro, Brazil 30/Juni
Perjuangan Masyarakat Sepak Bola Indonesia (MSBI) selama enam tahun ini soalah taka ada habisnya. Mimpi mensejajarkan bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa lain adalah mimpi yang patut diacungi jempol. MSBI tak omong kosong dengan mimpinya. Seluruh jagat raya bersaksi atas perjuangan yang telah dilakukan. Bumi bersaksi. Daratan, lautan, dan Udara seakan bergetar menyaksikan tingkah laku untuk tamparan bagi bangsa Indonesia. Ratusan hingga jutaan kali pekik untuk Indonesia tercurah.

Saya menyaksikan jutaan dokumen atas perjalanan MSBI. Video dan foto tersimpan rapi didalam tumpukan hardis, flasdis, memori, hingga semua media yang ia miliki. Puluhan dokumen-dokumen dukungan masyarakat dunia atas aksi yang dilakukan. Album-album foto serta buku-buku perjalanan sejarah piala dunia terjejer di rak-rak ruang kerja MSBI.  “semua adalah saksi yang kami lakukan untuk menjadikan Indonesia tuan rumah Piala DUnia 2022,” ujar ketua MSBI.

Semangat sukarno sejak kecil telah tertanam dalam dibenak Sarman. “menjadikan bangsa Indonesia bersaing dengan bangsa-bangsa lain.” Harta dan kekayaan seolah tak ada artinya. Triliunan uang berkucuran tak terhitung untuk mimpi bersarnya. “mimpi saya hanya satu agar rakyat Indonesia membuka mata kalo bangsa kita adalah bangsa besar,” pesannya.

Tak sekedar bukti-bukti dokumen yang ia perlihatkan. ia mengajak saya kearah gudang. Puluhan bendera merah putih dengan semua jenis ukuran. Mulai dari 60 x 90 cm, 6 x 10 meter, 200 meter, 1500 meter. Banner dan spanduk dengan semua jenis ukuran. Stiker serta perlengkapan aksi gerakan MSBI menumpuk. “ini semua selalu kita bawa untuk kampanye untuk Indonesia tuan rumah piala dunia 2022,” ujar Sarman.

“yang ini kita bentangkan di pelataran menara eivel, prancis dan kantor FIFA, ini di gunung selamat, ini kita bawa keliling Indonesia …” Ratusan bukti-bukti perjalanan MSBI membuat saya kecil. Ia terus menerangkan hasil perjalanan MSBI. Seraya ia menjelaskan perjalanan MSBI dengan benderanya ia pun menunjukan dengan bukti-bukti video. Saya terceletuk, “kok ga ada yang tahu ya aksi-aksi bang Sarman?” ia hanya tersenyum sambil menghidupkan sebatang rokok dari saku kantong celananya. Ia pun mengajak saya kearah ruang keluarga. “duduk santai disini dulu bung,” dalam hatiku sepertinya ia ingi langsung menjelaskan lebih dalam atas komentar saya tadi. Tebakanku salah, ia malah balik bertanya, “adek dari media pers mahasiswa?” “ia bang.” Ujarku singkat.

“Inilah kejahatan pemerintah, tiap kali yang kita lakukan tak satu pun yang memrespon baik ….” Sejak dulu memang perjalanan MSBI dalam memperjuangkan Indonesia menjadi tuan rumah piala dunia 2022 tak ada tanggapan positif dari kepemerintahan presiden SBY. Dua kali SBY menolak Indonesia menjadi tuan rumah piala dunia. Pesimis. Ia mengatakan Indonesia tidak bisa jadi tuan rumah karena belum memiki prestasi.

Menjadinya tuan rumah piala dunia bukanlah melihat dari prestasi atau Negara itu maju. Syarat menjadi tuan rumah hanya jaminan pemerintah. Mau atau tidak mau. Penolakan ini membuktikan bahwa pemerintahan saat ini adalah pemerintahan yang pesimis. “tak bangga dengan bangsa RI.” Tiap kali pemimpin mengeluarkan kata-kata pesimis maka tiap langkah mundur surut semangat masyarakat RI. Disayangkan pemerintahan dibawah kepresidenan SBY pun menjadi orang-orang yang oportunis. Tak mau bicara bangsa. Yang ada hanyalah kecurigaan-kecurigaan. Hanya memperkaya diri.  

Bayangkan puluhan tahun Negara Belanda mencalonkan diri ingin menjadi tuan rumah piala dunia. Sampai saat ini tak pernah terpilih. Piala dunia tak memandang status Negara itu kaya. Piala dunia melihat keseriusan suatu bangsa untuk maju.

Begitu terpancar semangat juang Sarman hingga terlihat memerah dimatanya. Seolah semua perjuangannya tak ada satu pun yang menggubris. “ini perjuangan gila, bung. gila untuk bangsa kenapa tidak,” tambahnya.

Suaranya lantang dan begitu yakin, tiap kali ayah dua anak ini menjelaskan pentingnya hadir piala dunia untuk Indonesia. Banyak cerita dari pengalaman keluar negeri. “semua Negara lain mendukung Indonesia menjadi tuan rumah piala dunia 2022. Mulai dari anak-anak, pelajar, negarawan, professor, imam besar masjid, semuanya mendukung. Nah, kalo seorang itu mengatakan Indonesia belum siap berarti ia adalah pemalas dan pecundang bagi negeri ini, tak mau bekerja untuk negaranya, yang seharusnya merekalah yang memperjuangan bagaimanapun keadaan bangsa ini keluar dari ketertinggalan.” Terangnya.

***
semua keluarga Sarman merestui perjalanan MSBI. Anak dan Istri selalu ia ikut andil bagian dalam perjuangan merebut Indonesia menjadi tuan rumah piala dunia 2022 dari Qatar. Eva Nurmayasari selalu mendampingi setiap langkahnya. Ia sangat percaya dengan suaminya. Tiap kali ia keluar kota berkampanye selalu ia izinkan. Telah tertanam dalam benaknya untuk mendukung segala perjalanan suami tercinta.

Eva merupakan dosen bahasa Inggris di Universitas Ibn Khaldun (UIKA), Bogor.  Ia memiliki anak Muhamad Kahar Mudzakar dan Syaheedah Kamila. Mereka tumbuh dengan ajaran nasionalis-nasionalis berkay kedua orang tuanya. Sarman dan Eva memiliki cara tersendiri mendidik. Latihan keras untuk meghargai waktu dan pantang putus asa selalu ditekankan didalam keluarga mereka. “kahar dan saedah harus jadi pemimpin besar,” pesan Sarman untuk mereka.

Eva pun sering ikut Sarman berjalan mengkampanyekan piala dunia. Beberapa Negara seperti Prancis, Eropa, Amsterdam, dan Brazil ia ikut menyuarakan dan memperkenalkan Indonesia dimata dunia. Tugasnya adalah berorasi tujuan mereka dating kenegara tersebut “menjadikan Indoensia tuan rumah piala dunia 2022” dan memperkenalkan Indonesoa, keramahan masyarakat, budaya, makanan khas, keindahan alam dst.

Semua keluarga Sarman mendukung perjalanan MSBI. Salah satunya adalah Dendi Satrio Trimulyanto. Sejak dulu ia bercita-cita mengharumkan nama Indonesia. Ia memiki usaha tekstil KING TEX'S di Bali. Dendi sudah lama ikut bergabung dalam gerakan MSBI. Semua dukungan yang ia berikan untuk mewujudkan cita besar Sarman selalu mengalir. “bayangkan, saya rela meninggalkan istri yang baru menikah Februari 2014 kemaren, pekerjaan di Bali demi mimpi ini terwujud.”  Katanya.

Dendi memiliki peranan aktif dalam perjuangan ini. Tiap perjuangan hampir ia ikut. Mebentangkan bendera raksas 1500 meter di atas gunung slamat, gungung Bromo, bundaran HoteI Indonesia (Jakarta),  pantai kuta Bali, dan beberapa negara lain.

“gua rela mati bro buat Indonesia.” Aksi yang dilakukan MSBI selalu dengan penuh pengorbanan, ia hampir jatuh dari bukit gungung Slamat saat mengibarkan bendera raksasa di pinggiran dinding gunung. Bentrok dengan petugas Negara lain telah menjadi pilihan bila perjuangan belum tercapai.

*** 

Batu terjal perjalanan MSBI terus mendapatkan penolakan dari pemerintah. Dalam hal ini pemerintahan SBY. Sehingga lini-lini pemerintahan yang dipegangnya pun nyaris tak memiliki semangat bangga terhadap negeri. Media-media nasional dipegang untuk mempersulit dalam menyuarakan aksi ini. Lembaga Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) yang seharusnya mimiliki andil besar memperjuangkan Indonesia agar terpilih menjadii tuan tuan rumah Piala Dunia 2022 tak menunjukan taringnya.

PSSI ternyata tak memahami arti semnagat bangsa. Turunnya Indoensia bertanding di kancah Piala Dunia bak pejuang yang berperang untuk negaranya. Indonesia saat ini hanya dikenal namanya di dunia namun tak dikenal sebagai Negara yang kuat. Karena kekurangan pemimpin yang lahir sebagai pejuang.

Mereka malah membanggakan diri untuk tuan rumah bersama AFF. Bukan bangga dengan Bangsanya. Indonesia berhak mengambilhaknya. Negara Asian lain tak memiliki hak itu. Sebelumnya di tahun 2009 telah terpilih menjadi calon tuan rumah.

Diperparah lagi, kebodohan pun muncul dari Menteri Pemuda dan Olaraaga, Roy Suryo. Ia ingin Indonesia menjadi tuan rumah bersama di tahun 2036. Tak ada perjuangan yang berarti untuk membangun mental negerinya.

Apakah mereka tak pernah melihat jutaan penduduk dunia mendukung Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022 alternatif Qatar. MSBI turun dan bersaksi Negara mana yang tak mendukung. Semua Negara mendukung Indonesia. Seolah pemerintah tak melihat. Mata dan telinga telah tertutup oleh kekuasaan, terus memperkaya diri. Sekarang kita tak memiliki pemimpin yang bertul-betul cinta Negara, Negara Kesataun Republik Indonesia. Semuanya hanya omong kosong tanpa ada bukti dan bisa mengucap pesimis.

Bravo Indonesia!

MSBI sadarkan Masyarakat Aktivis Rio de Janeiro












Korlap Massa Aksi

Belasan aktivis dan massa Rio de Janeiro berkumpul di pinggiran area FIFA fan fest, Copacabana. Mereka berteriak-teriak menyampaikan aspirasinya dalam bahasa portugis. Sejumlah media asing pun meliput aksi tersebut. Semua mata pengunjung memandang tertuju kerumunan aktifis itu. Kami pun bergegas memghampiri dengan membawa atribut FIFA World Cup 2022 Indonesia dan Indonesia Demand Open Bidding for FIFA World Cup 2022 serta sejumlah bendera merah putih.

Kami ikut merapat bergabung bersama mereka. Beberapa anggota aksi pun terbius dengan aksi yang kami lakukan bersama mereka sambil meminta berfoto bersama kami. Sontak koordinator lapangan (korlap) massa aksi melotot kearah kami. Dia mengatakan kami menolak kehadiran Piala Dunia 2014. Aksi yang mereka lakukan ternyata menolak kehadiran Piala Dunia di Brazil. Beberapa anggota yang asyik berfoto bersama kami akhirnya berhenti seolah berkata “kami tak ingin berfoto bersama tulisan FIFA”.

Korlap aksi menghampiri kami. “kenapa kalian meminta FIFA untuk membuka ulang pemilihan tuan rumah piala dunia 2022? FIFA is Bad,” katanya. Menurutnya kehadiran piala dunia di negaranya membuat kerugian bagi Negara Brazil. Sejumlah penduduknya meninggal akibat menolak piala dunia. Intinya, mereka kecewa dengan adanya penyelenggaraan piala dunia di Brazil. Berbanding terbalik dengan perjuangan MSBI yang memperjuangkan Indonesia agar menjadi tuan rumah piala dunia 2022.

kampanye yang kami lakukan mendapat tanggapan positif dari massa aksi. Sejumlah media akhirnya turut mengalihkan mata kameranya kearah kami. Ketua MSBI, Sarman El Hakim menanggapi keluhan yang di jelaskan korlap aksi. Menurut ketua MSBI, hadirnya Piala Dunia  di suatu Negara jangan hanya dilihat dari sisi negatifnya saja tapi juga sisi positifnya. Bila memang penyelenggaraan piala dunia memiliki dampak negatif yang lebih besar daripada dampak positifnya lalu kenapa banyak Negara Negara yang sudah maju masih mau mengajukan diri untuk menjadi tuan rumah event akbar ini? contohnya Inggris, Amerika, Jerman atau di zona asia yaitu Jepang dan Korea yg pernah menjadi tuan rumah bersama pada penyelenggaraan piala dunia 2002.

Yang Negara-negara tersebut terus mengajukan diri menjadi tuan rumah Piala Dunia berikutnya. Banyak orang berpendapat bahwa untuk menjadi tuan rumah penyelenggaraan piala dunia itu harus lah berprestasi dan memiliki stadion yang megah lalu kenapa Negara sehebat Belanda yang terus mengajukan diri ingin menjadi tuan rumah hingga saat ini belum pernah di tunjuk FIFA untuk menjadi tuan rumah perhelatan besar ini?

Selanjutnya Sarman menjelaskan bahwa dengan menjadi tuan rumah piala dunia justru akan mendatangkan keuntungan bagi Negara tersebut. “coba kalian perhatikan disekeliling anda,” seraya ia menunjuk kearah toko dan pedagang. “Masyarakat bergerak, berdagang dan menghasilkan pendapatan bagi mereka.” Menurut Sarman, justru dengan adanya piala dunia Negara penyelenggara akan mendapatkan keuntungan yang berlimpah bagi pembangunan negaranya. Ekonomi kerakyatan mulai bergerak. Seluruh masyarakat menikmati hadirnya turis dari berbagai manca Negara yang datang bukan sekedar nonton tapi tentunya membeli suvenir khas dari Negara tersebut. Meraup keuntungan dari turis yang datang karena kebanyakan turis datang tidak hanya untuk menonton pertandingan tapi juga untuk berwisata.

“kenapa kalian harus memperjuangkan orang-orang malas yang hanya segelintir,” ujar sarman. Sarman menjelaskan tuntutan masa aksi tidak beralasan. Yang mereka perjuangkan hak-hak segelintir masyarakat yang malas, dan tak bisa memanfaatkan momen piala dunia di Brazil. “Mau uang tapi tak mau bekerja. Karena pemerintahan kalian tahu kemalasan akan merusak Negara kalian”, tambahnya.

“Jangan Salahkan FIFA salahkan pemerintahan anda yang terlampau korup, serta jangan salahkan Brazil kenapa menerima kehadiran event akbra ini, lagi-lagi salahkan pemerintah Brazil.” Menurut Sarman yang disalahkan jangan penyelenggaraan piala dunia. Karena piala dunialah yang merubah Negara Brazil maju begitu pesat. Terlihat jelas pembangunan-pembangunan Brazil tak terlepas dari Brazil terpilih menajdi tuan rumah 1950 dan saat ini terpilih kemabali tahun 2014. Terpampang jelas bangunan megah dan tua di Brazil dibangun pasca tahun 1950-an.   

Sarman menjelaskan berapa banyak pendapatan Negara Brazil saat ini sehingga pemerintahnya dapat membangun fasilitas-fasilitas baru, ini karena piala dunia. Diketahui selama persiapan hingga berlangsungnya piala dunia 2014, Negara Brazil memperoleh pendapatan tak terhingga.

Meskipun penjelasan yang diberikan oleh Sarman memiliki keterbatasan, akirrnya, mereka memahami betapa pentingnya momen piala dunia bagi Negara yang di tunjuk sebagai tuan rumah penyelenggara event dunia ini. Penjelasan Sarman membuat masa aksi memberhentikan aksinya. Mereka tak mampu berkata-kata. Korlap masa aksi yang mengaku sedang menyelesaikan strata dua di salah satu universitas brazil itu mengucapkan terima kasih atas penjelasan yang diberikan Sarman. Akhirnya, ia meminta untuk berfoto bersamanya. Media pun merapat dan tak ketinggalan meliput kami dan memberikan wawancara khusus dengan ketua MSBI.