Dibawah Patung Cristo Rio de Janeiro, Brazil 30/Juni |
Perjuangan Masyarakat Sepak Bola Indonesia (MSBI) selama enam tahun ini soalah taka ada habisnya. Mimpi mensejajarkan bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa lain adalah mimpi yang patut diacungi jempol. MSBI tak omong kosong dengan mimpinya. Seluruh jagat raya bersaksi atas perjuangan yang telah dilakukan. Bumi bersaksi. Daratan, lautan, dan Udara seakan bergetar menyaksikan tingkah laku untuk tamparan bagi bangsa Indonesia. Ratusan hingga jutaan kali pekik untuk Indonesia tercurah.
Saya menyaksikan jutaan dokumen atas perjalanan MSBI. Video dan foto tersimpan rapi didalam tumpukan hardis, flasdis, memori, hingga semua media yang ia miliki. Puluhan dokumen-dokumen dukungan masyarakat dunia atas aksi yang dilakukan. Album-album foto serta buku-buku perjalanan sejarah piala dunia terjejer di rak-rak ruang kerja MSBI. “semua adalah saksi yang kami lakukan untuk menjadikan Indonesia tuan rumah Piala DUnia 2022,” ujar ketua MSBI.
Semangat sukarno sejak kecil telah tertanam dalam dibenak Sarman. “menjadikan bangsa Indonesia bersaing dengan bangsa-bangsa lain.” Harta dan kekayaan seolah tak ada artinya. Triliunan uang berkucuran tak terhitung untuk mimpi bersarnya. “mimpi saya hanya satu agar rakyat Indonesia membuka mata kalo bangsa kita adalah bangsa besar,” pesannya.
Tak sekedar bukti-bukti dokumen yang ia perlihatkan. ia mengajak saya kearah gudang. Puluhan bendera merah putih dengan semua jenis ukuran. Mulai dari 60 x 90 cm, 6 x 10 meter, 200 meter, 1500 meter. Banner dan spanduk dengan semua jenis ukuran. Stiker serta perlengkapan aksi gerakan MSBI menumpuk. “ini semua selalu kita bawa untuk kampanye untuk Indonesia tuan rumah piala dunia 2022,” ujar Sarman.
“yang ini kita bentangkan di pelataran menara eivel, prancis dan kantor FIFA, ini di gunung selamat, ini kita bawa keliling Indonesia …” Ratusan bukti-bukti perjalanan MSBI membuat saya kecil. Ia terus menerangkan hasil perjalanan MSBI. Seraya ia menjelaskan perjalanan MSBI dengan benderanya ia pun menunjukan dengan bukti-bukti video. Saya terceletuk, “kok ga ada yang tahu ya aksi-aksi bang Sarman?” ia hanya tersenyum sambil menghidupkan sebatang rokok dari saku kantong celananya. Ia pun mengajak saya kearah ruang keluarga. “duduk santai disini dulu bung,” dalam hatiku sepertinya ia ingi langsung menjelaskan lebih dalam atas komentar saya tadi. Tebakanku salah, ia malah balik bertanya, “adek dari media pers mahasiswa?” “ia bang.” Ujarku singkat.
“Inilah kejahatan pemerintah, tiap kali yang kita lakukan tak satu pun yang memrespon baik ….” Sejak dulu memang perjalanan MSBI dalam memperjuangkan Indonesia menjadi tuan rumah piala dunia 2022 tak ada tanggapan positif dari kepemerintahan presiden SBY. Dua kali SBY menolak Indonesia menjadi tuan rumah piala dunia. Pesimis. Ia mengatakan Indonesia tidak bisa jadi tuan rumah karena belum memiki prestasi.
Menjadinya tuan rumah piala dunia bukanlah melihat dari prestasi atau Negara itu maju. Syarat menjadi tuan rumah hanya jaminan pemerintah. Mau atau tidak mau. Penolakan ini membuktikan bahwa pemerintahan saat ini adalah pemerintahan yang pesimis. “tak bangga dengan bangsa RI.” Tiap kali pemimpin mengeluarkan kata-kata pesimis maka tiap langkah mundur surut semangat masyarakat RI. Disayangkan pemerintahan dibawah kepresidenan SBY pun menjadi orang-orang yang oportunis. Tak mau bicara bangsa. Yang ada hanyalah kecurigaan-kecurigaan. Hanya memperkaya diri.
Bayangkan puluhan tahun Negara Belanda mencalonkan diri ingin menjadi tuan rumah piala dunia. Sampai saat ini tak pernah terpilih. Piala dunia tak memandang status Negara itu kaya. Piala dunia melihat keseriusan suatu bangsa untuk maju.
Begitu terpancar semangat juang Sarman hingga terlihat memerah dimatanya. Seolah semua perjuangannya tak ada satu pun yang menggubris. “ini perjuangan gila, bung. gila untuk bangsa kenapa tidak,” tambahnya.
Suaranya lantang dan begitu yakin, tiap kali ayah dua anak ini menjelaskan pentingnya hadir piala dunia untuk Indonesia. Banyak cerita dari pengalaman keluar negeri. “semua Negara lain mendukung Indonesia menjadi tuan rumah piala dunia 2022. Mulai dari anak-anak, pelajar, negarawan, professor, imam besar masjid, semuanya mendukung. Nah, kalo seorang itu mengatakan Indonesia belum siap berarti ia adalah pemalas dan pecundang bagi negeri ini, tak mau bekerja untuk negaranya, yang seharusnya merekalah yang memperjuangan bagaimanapun keadaan bangsa ini keluar dari ketertinggalan.” Terangnya.
***
semua keluarga Sarman merestui perjalanan MSBI. Anak dan Istri selalu ia ikut andil bagian dalam perjuangan merebut Indonesia menjadi tuan rumah piala dunia 2022 dari Qatar. Eva Nurmayasari selalu mendampingi setiap langkahnya. Ia sangat percaya dengan suaminya. Tiap kali ia keluar kota berkampanye selalu ia izinkan. Telah tertanam dalam benaknya untuk mendukung segala perjalanan suami tercinta.
semua keluarga Sarman merestui perjalanan MSBI. Anak dan Istri selalu ia ikut andil bagian dalam perjuangan merebut Indonesia menjadi tuan rumah piala dunia 2022 dari Qatar. Eva Nurmayasari selalu mendampingi setiap langkahnya. Ia sangat percaya dengan suaminya. Tiap kali ia keluar kota berkampanye selalu ia izinkan. Telah tertanam dalam benaknya untuk mendukung segala perjalanan suami tercinta.
Eva merupakan dosen bahasa Inggris di Universitas Ibn Khaldun (UIKA), Bogor. Ia memiliki anak Muhamad Kahar Mudzakar dan Syaheedah Kamila. Mereka tumbuh dengan ajaran nasionalis-nasionalis berkay kedua orang tuanya. Sarman dan Eva memiliki cara tersendiri mendidik. Latihan keras untuk meghargai waktu dan pantang putus asa selalu ditekankan didalam keluarga mereka. “kahar dan saedah harus jadi pemimpin besar,” pesan Sarman untuk mereka.
Eva pun sering ikut Sarman berjalan mengkampanyekan piala dunia. Beberapa Negara seperti Prancis, Eropa, Amsterdam, dan Brazil ia ikut menyuarakan dan memperkenalkan Indonesia dimata dunia. Tugasnya adalah berorasi tujuan mereka dating kenegara tersebut “menjadikan Indoensia tuan rumah piala dunia 2022” dan memperkenalkan Indonesoa, keramahan masyarakat, budaya, makanan khas, keindahan alam dst.
Semua keluarga Sarman mendukung perjalanan MSBI. Salah satunya adalah Dendi Satrio Trimulyanto. Sejak dulu ia bercita-cita mengharumkan nama Indonesia. Ia memiki usaha tekstil KING TEX'S di Bali. Dendi sudah lama ikut bergabung dalam gerakan MSBI. Semua dukungan yang ia berikan untuk mewujudkan cita besar Sarman selalu mengalir. “bayangkan, saya rela meninggalkan istri yang baru menikah Februari 2014 kemaren, pekerjaan di Bali demi mimpi ini terwujud.” Katanya.
Dendi memiliki peranan aktif dalam perjuangan ini. Tiap perjuangan hampir ia ikut. Mebentangkan bendera raksas 1500 meter di atas gunung slamat, gungung Bromo, bundaran HoteI Indonesia (Jakarta), pantai kuta Bali, dan beberapa negara lain.
“gua rela mati bro buat Indonesia.” Aksi yang dilakukan MSBI selalu dengan penuh pengorbanan, ia hampir jatuh dari bukit gungung Slamat saat mengibarkan bendera raksasa di pinggiran dinding gunung. Bentrok dengan petugas Negara lain telah menjadi pilihan bila perjuangan belum tercapai.
***
Batu terjal perjalanan MSBI terus mendapatkan penolakan dari pemerintah. Dalam hal ini pemerintahan SBY. Sehingga lini-lini pemerintahan yang dipegangnya pun nyaris tak memiliki semangat bangga terhadap negeri. Media-media nasional dipegang untuk mempersulit dalam menyuarakan aksi ini. Lembaga Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) yang seharusnya mimiliki andil besar memperjuangkan Indonesia agar terpilih menjadii tuan tuan rumah Piala Dunia 2022 tak menunjukan taringnya.
PSSI ternyata tak memahami arti semnagat bangsa. Turunnya Indoensia bertanding di kancah Piala Dunia bak pejuang yang berperang untuk negaranya. Indonesia saat ini hanya dikenal namanya di dunia namun tak dikenal sebagai Negara yang kuat. Karena kekurangan pemimpin yang lahir sebagai pejuang.
Mereka malah membanggakan diri untuk tuan rumah bersama AFF. Bukan bangga dengan Bangsanya. Indonesia berhak mengambilhaknya. Negara Asian lain tak memiliki hak itu. Sebelumnya di tahun 2009 telah terpilih menjadi calon tuan rumah.
Diperparah lagi, kebodohan pun muncul dari Menteri Pemuda dan Olaraaga, Roy Suryo. Ia ingin Indonesia menjadi tuan rumah bersama di tahun 2036. Tak ada perjuangan yang berarti untuk membangun mental negerinya.
Apakah mereka tak pernah melihat jutaan penduduk dunia mendukung Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022 alternatif Qatar. MSBI turun dan bersaksi Negara mana yang tak mendukung. Semua Negara mendukung Indonesia. Seolah pemerintah tak melihat. Mata dan telinga telah tertutup oleh kekuasaan, terus memperkaya diri. Sekarang kita tak memiliki pemimpin yang bertul-betul cinta Negara, Negara Kesataun Republik Indonesia. Semuanya hanya omong kosong tanpa ada bukti dan bisa mengucap pesimis.
Bravo Indonesia!