Bandarlampung, FS - Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas
Kelompok Studi Seni (UKMF KSS ) FKIP Univeritas Lampung mempersembahkan penghargaan terbaik dalam
ajang Festival Teater Mahasiswa Nasional (Festamasio) VII. Tiga piala masih
menghiasi meja ruang. Seolah berkata, ini yang dapat kami berikan untuk
Lampung.
Anggraini
Akfar (23) masih merasa “Engga nyangka” kalau ia menjadi salah satu penerima
piala Juara 1 Nominasi Aktor Terbaik Festamasio VII. Anggraini menjadi aktor
terbaik dalam ajang tersebut kembali dikejutkan saat pembacaan kedua kalinya,
ia pun menjadi Juara 1 Nominasi Naskah Terbaik.
Selain kedua
penghargaan itu, UKMF KSS juga terpilih menjadi salah satu yang menerima Gol
Nominasi Penyaji Terbaik, dua diantaranya adalah UKM Teater Yupa Universitas Mulawarman Samarinda dan Teater Awal UIN
Bandung.
Sebanyak 31
kelompok teater mengirimkan video teater mereka. Akhirnya juri mengumumkan 15
finalis yang lolos mengikuti final. Teater yang lolos tersebut antara lain Teater Titik Dua UNM Makassar, Bengkel Sastra UNM
Makassar,Teater Sirat IAIN Surakarta,Teater Syahid UIN Jakarta, Teater Awal UIN
Bandung, Studio Merah Universitas Andalas Padang, Teater Pelangi Malang, Teater
Kafe Ide Untirta Banten, UKM Teater Yupa Universitas Mulawarman Samarinda,
Teater Kampus FSD UNM Makassar, Teater Rumah Teduh Padang, Teater Kampus UNHAS
Makassar, Teater Gadjah Mada UGM Yogyakarta, Teater Institut Surabaya, dan UKMF
KSS FKIP Universitas Lampung.
Juri membagi nominasi 9 kategori.
Pementasan terbaik, aktor terbaik, aktor pendukung terbaik, sutradara terbaik,
naskah terbaik, penata artistik terbaik, penata cahaya terbaik, penata rias dan
busana terbaik, dan penata musik terbaik. UKMF
KSS termasuk juga terpilih dalam nominasi Aktor Pendukung Terbaik, Anida Masila
(21) dan Novita Welasari (22).
Menurut Anggaini
kelebihan dari kelompok lain sehingga memperoleh banyak pernghargaan itu teater
yang disajikan beda dari kelompok lainnya. “kalo yang lain non realis, hanya
kita saja yang realis.”
Sebelum
dinobatkannya sebagai nomonasi, gelaran Festival ini sebelumnya ada lokakarya
16-17 Maret di Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung naskah yang mereka
ajukan tersebut mendapatkan kritikan pedas dari salah satu juri, “konflik menarik tapi ngambang ga jelas,” ujar
Anggaini.
Dewan juri yang juga kurator festival berjumlah lima
orang, yakni Iswadi Pratama, Naomi Srikandi, Beni Johanes, Heri Udo, dan Godi
Suwarna akhirnya meilirik UKMF KSS menjadi teater terbaik. UKMF KSS memberi
judul vada naskah mereka “Tanah (Bajurio Iling Kawin)” sebuah lakon yang
menceritakan kehidupan seorang tuan tanah berpoligami. Bajuri yang sebagai tuan
tanah yang kaya berani menikah lagi. Istri pertama yang tak setuju akhirnya
meningalkannya. Tak kapok dengan kebiasaannya melirik perempuan lain. Bajuri
pun tergaet oleh perempuan muda lainnya dari Madura. Namun saying, Bajuri
lagi-lagi bernasip apes, istri kedua dan perempuan Madura juga pergi
meninggalkannya. Akhirnya Ia pun kembali rujuk keistri pertama.
Ada cerita menarik sebelum menghadiri Festamasio VII (2-10
Mei) yang diselengrrakan di kampus UPI, Bandung tepatnyadi gedung AMPHI Teater.
UKMF KSS berani hutang ke pihak Dekanat FKIP Unila agar bisa kesana bersama 19
kawan-kawan terater, yaikni 6 aktor, 5 penata music, 1 penata cahaya, 4 penata
artistic, 1 manager, 2 penata kostum. “kita dibilang special oleh para kelompok
teater yang hadir lainnya, karena dilihat bawa mobil kampus Unila selama
sepuluh hari, padahal pembiayaannya semuanya kita yang tanggung sendiri, mulai
uang bensin, upah sopir, dll kita pinjem dari dekanat 12 juta,” jelas
Anggraini. Selain mendapat pinjaman dari mereka juga mendapat bantuan
dari pemerintah kota sebanyak 5 juta. “Gimana pun caranya kami harus hadir,”
kenangnya.
Anggraini juga menambahkan keunggulan dari naskah mereka, “memang yang banyak dibahas itu kita
(UKM KSS), Cuma dari lampung yang menampilkan realis dan yang lainnya itu ga
beran. Aktor-aktor yang lain itu cenderung melupan fokal jadi dalam naskah itu
cuma ditampilkan dalam gerakan-gerakan. Terkadang aktor sendiri lupa, bahwa
olah fokal adalah bagaian dari olah tubuh. Jadi mereka Cuma bergerak
nanyi-bergerak nyanyi, yang paling banyak berkata-kata itu Cuma kita.”
“Jd
pementasan teaterkan bukan dilihat olah tubuhnya saja tp juga dilihat olah
vokalnya. Gestur tubuh mereka bagus tp kalo ga ngomong kan mereka gabisa nilai
artikulasi aktor itu bagaimkmana. itu mungkin buat menilai kita agak lebih
tinggi dari kelompok yang lain.” Tambah Anggraini.
Kita
mengakui, “kita kurangnya di lighting dan mackup. Yang lain keren-banget,”
katanya sambal tersenyum. (AR)
No comments:
Post a Comment