REKTOR UNILA: SANGAT SEPAKAT SKRIPSI DIHAPUSKAN

BANDARLAMPUNG. FS - Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Ristekdikti) berencana menelurkan kebijakan baru. Yakni tidak mewajibkan penulisan skripsi sebagai syarat kelulusan program sarjana (S1). Motivasinya untuk menekan potensi kecurangan penyusunan tugas akhir itu.

Universitas Lampung (Unila) adalah satu-satunya univeritas negeri yang ada di Lampung. Unila menjadi contoh pelaksanaan kegiatan kampus. Rektor Unila Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S. menyambut baik ketetapan Menristek, Mohamad Nasir, penulisan skripsi sedang dikaji menjadi syarat opsional saja untuk lulus sarjana.
Menurut Sugeng apa boleh perlu dikampus tidak perlu ada skripsi. Karena skripsi hanyalah sebagai latihan saja bagi strata satu (S-1). Bukan seperti S-2 dan S-3 yang perlu menghasilkan riset murni. “Skripsi bukan syarat mutlak,” ujarnya.
Seperti dilansir dalam laman JPNN, Nasir mengatakan penulisan skripsi sedang dikaji menjadi syarat opsional saja untuk lulus sarjana. “Sebagai gantinya nanti mahasiswa yang akan lulus akan diberikan pilihan-pilihan,” ujarnya.
Opsi untuk lulus selain menyusun skripsi, yakni mengerjakan pengabdian ke masyarakat atau laporan penelitian di laboratorium. “Ini masih dikaji,” sebutnya.

Sejak masih aktif di kampus dulu, Nasir mengaku sudah paham dengan kenakalan mahasiswa dalam bentuk membeli skripsi. Modusnya membayar jasa penyusunan skripsi. Nasir mengakui bisa mendeteksi apakah skripsi yang sedang dia uji itu dibuat sendiri atau hasil buatan orang lain.
“Saya tanya sebelum ujian. Skripsi ini beli atau buat sendiri. Kalau tidak mengaku saya putuskan tidak lulus,” ujarnya. Tetapi jika mahasiswa itu mengakui skripsinya hasil beli, maka diberi kesempatan untuk membuat skripsi dengan jujur satu kali lagi.
Praktek jasa pembuatan skripsi ini, diakuinya dimulai dari aturan lulus S1 wajib menyusun skripsi. Kemudian ada mahasiswa yang malas atau kesulitan menyusun skripsi. Lalu kondisi ini dibaca oleh pihak-pihak yang ingin merengkuh keuntungan. Yakni dengan membuka jasa pembuatan skripsi.
“Selama ada demand (permintaan, red) dari mahasiswa yang malas, supply (penawaran, red) jasa pembuatan skripsi akan terus ada,” ujarnya. Nah untuk memotong mata rantai itu, muncul rencana kebijakan syarat lulus tidak musti menyusun skripsi.
Diharapkan, mahasiswa yang lebih jago penelitian laboratorium, tidak merasa dipaksa untuk menyusun skripsi. Begitu pula mahasiswa yang cenderung memilih pengabdian masyarakat, tidak perlu harus menyusun skripsi. Apalagi proses kuliah selama ini terkait dengan tridharma pendidikan tinggi. Yang terdiri dari pembelajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Nasir juga menyinggung tentang keberadaan ijazah palsu. Dia menuturkan sepekan ke depan Kemenristek-Dikti  akan mengklasifikasikan perguruan tinggi berstatus non aktif atau aktif. Sehingga masyarakat tidak salah pilih.
Selain itu Nasir juga mengatakan akan membentuk satuan tugas penanganan ijazah palsu, termasuk mulai menginvestigasi perguruan tinggi (PT) yang berani melakukan perbuatan melanggar hukum tersebut.

***

Sugeng mengatakan meski saat ini skripsi di kampus Unila masih sebagai salah satu syarat kelulusan. Ia sering menghimbau kepada para dekan dan dosen untuk tidak menghambat kelancaran kelulusan terkait sulitnya menyelesaikan skripsi. “kalo di luar negeri banyak kampus yang tidak pake skrispi sebagai syarat kelulusan,” terangnya.

Mengenai urgensi skripsi itu sendiri bagi kampus, ia mengakui tidak sebegitu memperhatikan. Baginya Skripsi bukanlah sebuah penelitian murni, yang harus memperhatikan nilain kepentingan isinya seperti tesis atau disertasi. Yang penting baginya, seorang sarjana telah melakukan pengabdian, sudah melakukan kegiatan, dan bisa menulis. “... misalnya penelitian tentang peningkatan produksi jagung (penelitian tesis atau disertasi, red). Ya, harus meningkat produksinya. Kalo masih skripsi, ya enggak. Biarin aja. Yang penting sudah bagus,” pungkasnya.

Sugeng mengatakan Skripsi bisa diganti dengan praktek umum, praktek kerja lapangan, atau matakuliah lainnya yang sebanding dengan skripsi. “Skripsikan hanya 4 SKS, masak ngalah-ngalahin 1 semester. Satu smester itu 16 SKS malah ada yang 24 SKS,” ujarnya sambil tertawa.
Setiap rapat pimpinan, Sugeng selalu ingin menghapuskan skripsi sebagai syarat kelulusan. Namun ia terbentur masalah peraturan akademik Unila yang telah dibuat. “Tapi ada beberapa program studi masih agak keberatan,” katanya.

Meski dia selalu mengingatkan kepada dekanat dan para dosen agar tidak mempersulit mahasiswa dalam penyelesaian skripsi. Ia pun sering melihat kendala keterlambatan penyelesaian skripsi cenderung tergantung dari mahasiswa itu sendiri. “Kendalanya sendiri dari mahasiswa. Sering malas, nyantai, kerja dululah,” pungkasnya.

Sugeng juga menghimbau nantinya program studi dapat mencari opsi lain dari skripsi. “Prodi (program studi, red) ya silahkan saja. Nanti setelah statute kita terbentuk, bisa jadi ada beberapa program studi ga perlu pake skripsi. Ya kenapa tidak. Tidak perlu pake skripsi-skripsian,” tambahnya.

Senada dengan Sugeng, Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., Wakil Rektor I Bidang Akademik Universitas Lampung, mengatakan kampus membebaskan program studi (prodi) atau jurusan untuk merancang kurikulum dan standar kompetensi masing-masing. “Kampus memberikan hak preogratif bagi program studi (prodi) atau jurusan untuk menentukan kurikulum kelulusan mahasiswa. Namun sampai saat ini, skripsi masih menjadi patokan kelulusan di Universitas Lampung. silahkan dikaji,” Ujarnya. (AR)


Aprohan Saputra

1 comment:

AMRINROKIROWASAMBAA.blogger.com said...

Iya..sy sangat mendukung penuh..kalau skripsi di hapus. Karna skripsi tdk relevan lagi..tdk bisa menjadi tolak ukur sebuah keberhasilan. Alasanx :

1 Skripsi 80 % tdk murni alias skripsi hasil pengerjaan orang atau di beli.

2 kenyataan dilapangan skripsi tdk berpengaruh, buktinya banyak yg sdh sarjana dgn skirpsi tapi kok penganguran..justru yg tamat SMA saja dapat pekerjaan..padahal masih SMA..Jadi dimna sebuah kekuatan skripsi tadi.

3 dengan adanya skripsi, kebanyakan mahasiswa di persulit, hanya orang orang kenalan Dosen saja di percepat..padahal sama2 bayar SPP

4 Sebaiknya ada jalur lain selain skripsi..yg lebih baik dan bagus yaitu Pengabdian Kepada Masyarakat
Dan ini sangat berpengaruh positif

5 Agar mahasiswa cepat diluluskan dantdk sia-sia bayar spp serta untuk mengantisipasi kepadatan mahasiswa

6.Pengorbanan ortu tdk menjadi sia-sia karna anakx cepat Wisuda

7. Dan masih banyak lagi yg sy mau ceritakan

Terima kasih