Agus R Ramadhan: Jadi Gila Demi Hasrat Seni


Eksperimen! Begitu jawabnya saat ditanya soal awal mula aktivitasnya dalam dunia videografi.

SEBUAH makna yang sering ia dengar. “Mencoba hal baru dan terus mengeksplorasi diri,” kata Agus R Ramadhan.

Dari sinilah dia mulai menekuni desain grafis dan visual. Ia merasa seperti gila, siang dan malam seakan tiada baginya. Ia sering terbangun tengah malam menyelesaikan projek kesenangannya itu. Pagi hari belanja visual, sore garap dan malam garap lagi. Begitulah siklus hidupnya. Terkadang ngampus pun ia tinggalkan. "Mau bagaimana lagi itulah pilihan saya," ujar mahasiswa semester sebelas Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung (Unila) ini.


Teknologi yang semakin maju membuat ketertarikannya di dunia visualgrafi menguat. Sejak duduk di bangku kelas 3 SD, cowok yang murah senyum ini, sudah menyukai dunia komputer dan semua hal yang terkait dengan teknologi. Saat itu ia memaksa kakaknya yang seorang guru komputer untuk mengajarkan segala segi tentang komputer.


“Tapi Waktu itu saya hanya diajari bagaimana cara memulai dan mengakhiri pengoperasian komputer. Dasar saya maunya lebih, saya mengeksplorasi sendiri dengan membaca baca buku kuliah kakak saya. Diam-diam saya mencoba mempraktekkannya sendiri. Saya sampai-sampai harus dihukum membersihkan toilet terus disiksa layaknya kakak tiri dan dimarahi karena sering merusak komputer,” kenangnya.

Merasa masih banyak belum tahu tentang dunia komputer dan teknologi, Agus merelakan diri untuk menjadi guru pengganti praktikum komputer di tempat sekolah. Dia mengajar praktikum komputer. Masih Kelas 6 SD, ia nekat mengajarkan kakak tingkatnya di SMP. Untuk membiasakan diri, ia terus mengeksplorasi diri. “Saya banyak belajar tentang web, desain, pemrograman, reparasi, instalasi, dan lain lain,” ujarnya.

Di waktu SMA, dia lebih mulai menukai dunia seni. Namun kekurangannya, ia tak mampu menggambar. Akhirnya ia memutuskan untuk mempelajari dunia seni digital dan lebih tertarik desain. “Dari situ akhirnya saya mengembangkan diri kedunia videografi dan fotografi.”

Alasan lain ia menyukai dunia videografi, dari apa yang ia lihat. “Gambar-gambar yang bergerak, animasi, grafis. Sehingga kita bisa membuat emosi penikmat, lebih meluap-luap. Apalagi dunia multimedia itu nggak bakal mati, semakin lama terus semakin berkembang,” kata dia.

Suka Garapan Sosial

Terjun serius di dunia videografi diawali dari 2010. Pada awal mula masuk kampus. Dia bertemu dengan seniornya, Aris Faisal Pratama dan Ogas dalam satu payung Raden Fatah Videografi. Disana ia banyak bejara mengelola bisnis video. Sampai akhirnya, ia bertemu Rocky Sugama. Orang yangg paling berarti dalam hidupnya, katanya. “Tanpa dia saya tak akan terus terjun di dunia ini”.

Ia memang kuliah di Agroteknologi, tetapi jurusan ini bukan alasan baginya untuk melupakan melanjutkan hobinya dan terus berkarya. “Cuma ya semua pasti ada resikonya,” ujarnya.

Kini dalam rata-rata per bulan, ia mampu menggarap 6-8 video. Menurutnya garapan yang paling menarik, ia mengakui selalu bukan datang dari pesanan orang lain. “Garapan paling menarik itu adalah hal-hal yang berbau sosial, charity, dan yang lain-lain. Lebih suka ke garapan-garapan yang gak dibayar, tapi untuk sosial," katanya.

Dia lebih sering mengeksplorasi kreasi sesuka hati tanpa harus dibatasi permintaan dari orang lain. “Tapi lebih banyak video iseng, ya, karena memang awalnya di awali dari hobi dan suka”.

Satu video menarik pernah ia buat berupa video timelapse Unila. Dari video tersebut, ia bisa belajar timelapse. “Meskipun gak dibayar, dibuat cuma dalam waktu dua hari, panas-panasan kayak orang gila, cuman pake satu kamera, dengan alasan cuman pengen bikin video itu; hasilnya bagus kok,” ujarnya.

Ia senang kerabat dan orang tua mendukung kegiatannya. Yang perlu dilakukan dalam mengeksplor video adalah dengan memperbanyak referensi. “Itu pasti. Kalo pengen bisa nulis ya. Yang pasti harus sering baca dong. Kayak gitu juga kalo kita pengen dapet inspirasi bikin video, ya harus banyak banyak nonton."

Terus satu lagi, dalam pembuatan karya videografi tertentu, "Selain dokumentasi, ya kita harus lebih menjiwai, bekerja dengan hati. Kalo kata Yadi Sugandi, Shooooot dengan hati, jangan pake otak. Otak taruh didengkul saja!" katanya.

Tokoh-tokoh favoritnya. Termasuk nama-nama di balik lensa yang selalu ia kagumi. Antara lain Janusz Kaminski, Emmanuel Lubezki, Roger Deakins, Yadi Sugandi. Merekalah, orang-orang dibalik kamera yang menginspirasi dan memberikan motivasi lewat karya karyanya. “Kolaborasi yang sekedarnya melahirkan karya yang sekedarnya pula. Tidak ada kedalaman, tidak ada rasa, dan itu, bagi penggiat audio-visual, akan terlihat di layar (frame).”

Kritik Itu Wajar
Dalam penyelesaian videografi pasti ada kritik. Hal yang wajar, menurutnya. “Itu salah satu kunci kesuksesan agar terus belajar dan belajar. Cuma tinggal gimana caranya kita nyikapinya saja,” lelaki Pugungraharjo, Lampung Timur, 23 Maret 1992 ini.

Sempat terpikirkan olehnya bahwa profesional itu harus tetap ada harganya. Tapi di situla ia merasa salah besar. Ketika membuat video, berapa pun kita dibayar, apa pun yang kita dapatkan, kita harus tetap menjaga dan mengerahkan seluruh jiwa raga demi hasil yang berkualitas.

Kini ia ia telah menyesaikan ratusan video. Ia mengaku lebih banyak ia mengerjakan video wedding, dokumenter, sosial, pembelajaran, dan video iseng lainnya. “Kenapa saya selalu suka bikin video iseng, ya, itulah cara saya berekperimen,” ujarnya.

Sesuatu yang patut Agus syukuri kalau mengingat ia berangkat dari modal nol. “Dari alat yang gak punya sama sekali, minjem sana sini, sewa sana-sini. Cuman modal computer dan ide buat terus bikin video.” Kesulitan yang ia sering alami ada rasa gerogi saat di lapangan, klien yang susah di atur atau pemeran sebagai artissaat membuat video dokumenter atau filem pendek.

Sejauh ini dia belum memberikan standar biaya untuk pembuat sebuah video. Ia berniat berkarya. Kalau niatnya bukan cari duit rasanya bakalan beda, ada kepusan tersendiri. Bayaran pasti bakalan mengikuti. Semakin banyak jam terbang, akan bikin kita semakin terus naik. “Penghasilan per bulan gak pasti. Kadang ada, kadang juga kagak. Resiko tukang video. Tapi rata rata paling dikit dua kerjaan, paling banyak bisa nyampe 10, tarolah satu kerjaan Rp2 juta, paling kecil. Begitulah rata-ratanya,” tuturnya.

Di tengah aktivitasnya menekuni videografi, ia masih menyimpan mimpi suatu saat kelak karya-karyanya bisa dinikmati di bioskop XXI, menjadi videografer goes to cinematografer, dan bikin film. (APROHAN SAPUTRA)

BIODATA
Nama :
Agus R Ramadhan
Tempat dan tanggal lahir: Pugungraharjo, Lampung Timur, 23 Maret 1992
Status dalam keluarga: anak keduu dari tiga bersaudara
Ayah: Tegel
Ibu: Katini
Pekerjaan: Mahasiswa Agroteknologi Fakultas Pertanian Unila
Alamat rumah: Jl. Raya Ir. Sutami, Km 43 Desa Bauh Gunung Sari, Sekampung Udik, Lampung Timur
Kantor: Enigma Picture, Jalan Soekarno Hatta, Belakang Polsek Kedaton, Bandarlampung


Diterbitkan Harian Fajar Sumatera | Rubrik Kiprah | Selasa, 15 September 2015 | Halaman 11